Senin, 25 November 2013

Rekayasa Sosial



Membuka Peluang Usaha Jambu Mete pada Masyarakat Desa Pucung Lor

Tugas ini ditunjukan guna memenuhi tugas pada mata kuliah Antopologi Terapan
Dosen Pengampu Musthofa dan Harto Wicaksono

Disusun Oleh :
Febrina Damayanti
3401412053


Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang



Manusia pada dasarnya adalah mahluk dinamis yang selalu mengalami perubahan dalam perkembangan dan proses kehidupannya dan manusia merupakan makhluk sosial yang selalu mengalami dinamika perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat adalah suatu keharusan, karena tidak mungkin bertahan dalam satu kondisi yang bersifat statis dan dalam suatu keadaan yang cenderung tetap. Karena perubahan sosal adalah merupakan fenomena yang wajar bahwa kehidupan ini yang bersifat dinamis seperti putaran roda yang suatu saat berada di bawah dan suatu saat berada di atas. Perubahan tersebut bertujuan untuk dapat merubah kondisi dirinya sendiri, baik secara individual maupun dalam perspektif sosial. Dan manusia pada dasarnya berusaha untuk produktip dalam menopang kehidupannya demi tujuan kesejahteraan, maka diperlukan cara untuk mencapainya.                                
Namun dalam proses perubahan tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan, manusia atau masyarakat sangat mungkin menemui berbagai permasalahan dalam hidupnya, baik masalah individu atau masalah kelompok. Begitu banyak masalah sosial terjadi di kalangan masyarakat dan permasalahan sosial yang komplek tersebut terjadi di segala bidang kehidupan yakni dalam bidang sosial, politik, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan upaya untuk memecahkan masalah dan memperbaiki sistem sosial yang mengarah kepada kehidupan masyarakat yang ideal. Hal ini harus diimbangi dengan langkah konkret yang memiliki visi dan misi yang jelas. Sehingga rencana untuk mengubah seting pola pikir masyarakat dapat berjalan berdasarkan tujuan yang diharapkan.
Masalah sosial yang terjadi disebabkan salah satunya karena kesalahan berfikir yang kurang  berkembang dimasyarakat sehingga mempengaruhi pola kehidupany. Salah satunya ialah pada aspek ekonomi. Faktor ekonomi memang membawa pengaruh yang kuat dalam kehidupan manusianya. Apabila cara berfikir masyarakatnya yang cenderung statis dan tidak ingin berkembang maka dapat dipastikan tidak akan tercipta suatu inovasi yang dapat merubah kehidupan mereka menjadi layak dan berkecukupan, dan pada dasarnya manusia adalah mahluk individu dengan karakternya masing-masing yang mempunyai kebutuhan masing-masing serta   tidak pernah merasa puas terhadap hasil yang diperolehnya saat ini. Dan disinilah diperlukannya suatu rekayasa sosial untuk memecahkan masalah tersebut. Disamping itu diperlukan agen-agen yang mampu memberikan solusi dalam pemecahan masalah sosial yang berperan sebagai pembaharu dan bergerak dalam upaya rekayasa sosial yang bersifat positif. Seperti halnya pada masyarakat d idesa Pucung Lor yang memiliki berbagai macam permasalah sosial salah satunya ialah cara berpikir masyaraktnya.
Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 6,6% dari total wilayah Jawa Tengah, Kabupaten ini berbatasan lansung dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas di utara, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di sebelah timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran (Jawa Barat) di sebelah Barat. Bagian utara adalah daerah perbukitan, sedangkan bagian selatan merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan Kabupaten Cilacap bagian utara, timur, dan selatan. Di sebelah selatan terdapat Nusa Kambangan, yang memiliki Cagar Alam Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang dikenal dengan Segara Anakan. Ibukota kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra Hindia, dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa Kambangan. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Cilacap. Subsektor nelayan digeluti sebagian besar penduduk yang tinggal di pesisir pantai selatan. Cilacap terdiri dari 24 Kecamatan yang di bagi lagi menjadi wilayah desa dan kelurahan yang memiliki potensinya yang begitu besar masih belum banyak tersentuh seperti yang terdapat di desa Pucung Lor.
 Desa Pucung Lor merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah. Desa Pucung Lor yang berada pada bagian timur Cilacap ini berjarak sekitar 35 KM dari pusat kota Cilacap. Cilacap terkenal dengan wilayah pesisir dengan suhu yang panas dan memiliki berbagai macam jenis tanaman. Jenis tanaman tersebut salah satunya ialah jambu mete. Jambu mete merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada suhu yang panas seperti yang terdapat di Desa Pucung Lor. Jambu mete yang terdapat di Desa Pucung Lor tumbuh secara liar namun subur di pekarangan penduduk sekitar. Buah yang dihasilkan juga lumayan banyak. Namun banyaknya pohon jambu mete dan buah yang dihasilkan pohonnya tersebut tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar secara optimal. Jambu mete hanya dibiarkan saja sampai membusuk di pekarangan tersebut tanpa ada yang mengolahnya menjadi bahan makanan yang dapat menghasilkan barang ekonomis yang tinggi. Rasa sepat, asam dan getir yang dihasilkan dari jambu mete tersebut yang menjadi alasan masyarakat desa Pucung Lor tidak mengkonsumsinya karena dapat mengganggu pada bagian tenggorokan.
Selama ini pemanfaatan jambu mete masih terbatas pada bijinya yang diolah menjadi kacang mete, dan pengolahan biji mete tersebut hanya untuk dikonsumsi oleh masyarakat sekitar saja, dan tidak diproduksi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan buah mete selama ini kurang dimanfaatkan. Melihat tren masyarakat sekarang yang memilih makanan yang sehat dan praktis serta melihat market share abon di pasar maka akan sangat prospektif apabila buah mete dapat dimanfaatkan lebih lanjut, yaitu diolah menjadi abon atau sirup. Abon merupakan jenis makanan kering pelengkap yang biasanya digunakan sebagai lauk. Selama ini masyarakat banyak mengenal abon dengan bahan baku daging. Abon dengan bahan baku buah, khususnya buah mete yang masih jarang di pasaran menjadikan produk abon mete akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Selain itu abon mete dapat menjadi salah satu alternatif bagi para vegetarian.
Selain karena rasa buah jambu mete yang sepat, asam dan getir, terdapat faktor lain yang mempengaruhi mengapa jambu mete tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di desa Pucung Lor. Salah satu faktor tersebut adalah cara berfikir masyaraktnya. Cara berfikir masyarakat desa Pucung Lor kurang berkembang secara cepat dan cenderung statis serta kurangnya keterampilan dalam diri mereka untuk menciptakan peluang usaha yang dapat menjadikan kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik lagi, kemudian karena kurangnya ilmu pengetahuan dan kurangnya kesadaran dalam diri mereka sehingga tidak ada inovasi yang tercipta dalam membuka peluang usaha untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada dilingkungan mereka. 
Mereka cenderung bersikap acuh akan potensi yang dapat dihasilkan oleh buah jambu mete. Sikap keacuahan masyarakat desa Pucung Lor juga didasarkan pada pola pikir mereka yang hanya bertumpu pada sektor pertanian dalam mengolah sawah mereka sebagai ladang padi dan palawija yang memiliki nilai konsumtif yang lebih tinggi. Sehingga mereka tidak perlu lagi mengolah sumber daya alam lainnya yang dapat menambah penghasilan perekonomian rumah tangganya. Luas wilayah lahan persawahan yang terdapat di desa Pucung Lor memang cukup luas namun hanya beberapa dari mereka yang memiliki persawahan tersebut secara pribadi, masyarakat lain yang tidak memiliki lahan persawahan hanya bekerja sebagai buruh tani yang berpenghasilan saat musim panen padi tiba. Jika sedang tidak musim panen mereka hanya menganggur dan mencari penghasilan seadanya. Bagi kaum lelaki bekerja sebagai buruh kasar seperti menjadi tukang bangunan atau buruh angkut barang di daerah kecamatan yang memiliki pasar tradisional cukup besar, atau pergi merantau ke luar kota bahkan ada yang sampai ke luar negeri karena minimnya lapangan pekerjaan yang ada didesa Pucung Lor.
Sedangkan bagi kaum perempuan hanya tinggal di rumah tanpa memiliki pekerjaan yang pasti. Mereka hanya mengurus rumah tangganya saja tanpa menghasilkan sesuatu karena mereka tidak memiliki keterampilan. Atau hanya berkumpul dengan ibu-ibu lainnya untuk saling bertukar cerita mengenai urusan rumah tangga atau bahkan bergosip menggunjing tetangga lain. Namun bagi mereka yang mempunyai keberanian dan mempunyai tekat yang kuat sampai berangkat ke luar kota untuk mencari pekerjaan seperti bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) atau bekerja sebagai buruh pabrik dan penjaga toko. Bahkan dari mereka ada yang sampai ke luar negeri karena pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin beragam.
Dari permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat di desa Pucung Lor tersebut dapat diminimalisasikan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menghasilkan manfaat serta keuntungan bagi kehidupan masyarkatnya. Kegiatan tersebut dapat berupa mengolah sumber daya alam yang terdapat didesa Pucung Lor secara optimal. Salah satunya ialah mengolah jambu mete untuk dijadikan makanan yang menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi seperti dijadikan sebagai abon atau sirup jambu mete. Kegiatan tersebut dapat dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat secara suka rela dengan tidak adanya unsur pemaksaan tentang pemanfaatan jambu mete untuk dibuat abon dan sirup. Kemudian setelah melakukan sosialisasi kegiatan selanjutnya ialah mengadakan pelatihan-pelatihan tentang cara mengolah jambu mete menjadi abon dan sirup.
Pertama menyediakan media atau alat yang di perlukan untuk mengolah jambu mete dijadiakan abon atau sirup seperti baskom, wajan, blender, kompor, pisau, saringan, botol dan kemasan plastik. Serta menyiapkan bahan-bahan seperti buah semu jambu mete, larutan garam dapur, gula pasir, asam sitrat, untuk bahan pembuatan sirup jambu mete, sedangkan bahan untuk membuat abon seperti ampas pengepresan buah semu jambu mete, daging ayam atua sapi, bawang goreng, bumbu (bawang putih, merica)  secukupnya, santan kental dan minyak goreng. Setelah bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembuatan abon dan sirup jambu mete telah siap maka selanjutnya dilakukan demo masak dalam membuat abon dan sirup jambu mete di sertai dengan pelatihan kepada masyaraktnya.
Dengan kegiatan pelatihan bertujuan untuk memberikan keterampilan teknik pembuatan abon dan sirup jambu mete kepada para masyarakat, sehingga diharapkan nantinya setelah selesai pelatihan ini, para peserta pelatihan akan dapat melakukan usaha pembuatan abon dan sirup jambu mete dan mampu memproduksi abon dan sirup secara berkelanjutan. Selain dapat memberikan keterampilan pada masyarakatnya, diharapkan pula melalui kegiatan tersebut dapat memberikan suatu perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam aspek sosial maupun aspek ekonominya.
Dalam aspek sosial diharapkan melalui kegiatan ini dapat menciptakan suatu suasana baru dalam masyarakat. Seperti menubuhkan kerjasama yang baik dalam mengolah jambu mete sehingga terjalin sebuah keakraban dan menjadikan hubungan yang lebih intim dalam melakukan interaksi antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Serta tercipta suatu keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Menjadikan hubungan yang lebih intim dalam keluarga karena intensitas bertemu dalam keluarga menjadi sering dilakukan. Karena masing-masing anggota keluaga tidak bekerja di luar kota atau luar negeri. Menciptakan kegiatan yang positif bagi para masyarakat sehingga waktu luang yang mereka punya tidak sia-sia untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti bergosip.
Sedangkan dari aspek ekonomi, kegiatan pelatian tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu perubahan perekonomian dalam masyarakt menjadi lebih baik lagi. Diharapkan abon dan sirup jambu mete ini dapat menjadi produk unggulan dan produk khas Desa Pucung Lor sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta terjalin kerjasama antara Pemerintah Desa untuk memfasilitasi dan bekerjasama dengan segenap pihak untuk menyukseskan program pengolahan abon dan sirup ini. Membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar untuk membangun kewirausahan baru di desa sehingga masyarakat tidak perlu lagi menggantungkan pendapatan perekonomian pada sektor pertanian padi saja atau dengan pergi ke luar kota bakhan sampai ke luar negeri untuk bekerja mencari nafkah untuk keperluan hidupnya.
Selain dengan memberikan keterampilan tersebut masyarakat juga diberikan penyuluhan-penyuluhan kemandirian yang menjaga pelestarian lingkungan. Penyuluhan tersebut dapat di mulai dengan menyusun suatu perencaan dan program budi daya jambu mete. Kemudian masyarakat dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang tata cara budi daya pohon jambu mete agar buah yang dihasilkan berkhualitas baik. Hadirnya abon dan sirup jambu mete bisa menjadi peluang usaha baru yang cukup menjanjikan bagi masyarakat sekitar karena masih jarang orang yang memproduksinya. Mampu mengubah pola pikir masyarakat sehingga menciptakan suatu dorongan inovasi-inovasi baru dalam mengolah sumber daya alam yang ada di lingkungan masyarakat yang dapat berpontensi dalam menunjang kehidupan yang lebih baik pada masyarakatnya. Menambah wawasan masyarakat serta menambah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan sumber daya alam yang ada secara baik, arif dan bijaksana.


Daftar Pustaka

·         Abdulsyani, 2002, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara
·         Narwoko, J Dwi, Bagong Suyatno, 2004, Sosiologi Teks dan Terapan, Jakarta, Kencana
·         Soekanto, Soerdjono, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada
·         Ihromi. To, 1996, Pokok-pokok Antopologi Budaya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
·         Pendidikan Lingkungan Hidup, 2010, Universitas Negeri Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar