“
Membuka Peluang Usaha
Jambu Mete pada Masyarakat Desa Pucung Lor”
Tugas
ini ditunjukan guna memenuhi tugas pada mata kuliah Antopologi Terapan
Dosen
Pengampu Musthofa dan Harto Wicaksono
Disusun
Oleh :
Febrina
Damayanti
3401412053
Pendidikan Sosiologi
dan Antropologi
Fakultas Ilmu
Sosial
Universitas
Negeri Semarang
Manusia pada dasarnya
adalah mahluk dinamis yang selalu mengalami perubahan dalam perkembangan dan
proses kehidupannya dan manusia merupakan makhluk sosial yang selalu mengalami dinamika
perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat adalah
suatu keharusan, karena tidak mungkin bertahan dalam satu kondisi yang bersifat
statis dan dalam suatu keadaan yang cenderung tetap. Karena perubahan sosal
adalah merupakan fenomena yang wajar bahwa kehidupan ini yang bersifat dinamis
seperti putaran roda yang suatu saat berada di bawah dan suatu saat berada di
atas. Perubahan tersebut bertujuan untuk dapat merubah kondisi dirinya
sendiri, baik secara individual maupun dalam perspektif sosial. Dan manusia
pada dasarnya berusaha untuk produktip dalam menopang kehidupannya demi tujuan
kesejahteraan, maka diperlukan cara untuk mencapainya.
Namun dalam proses
perubahan tersebut tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
manusia atau masyarakat sangat mungkin menemui berbagai permasalahan dalam
hidupnya, baik masalah individu atau masalah kelompok. Begitu banyak masalah
sosial terjadi di kalangan masyarakat dan permasalahan sosial yang komplek
tersebut terjadi di segala bidang kehidupan yakni dalam bidang sosial, politik,
pendidikan, agama dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan upaya untuk
memecahkan masalah dan memperbaiki sistem sosial yang mengarah kepada kehidupan
masyarakat yang ideal. Hal ini harus diimbangi dengan langkah konkret yang
memiliki visi dan misi yang jelas. Sehingga rencana untuk mengubah seting pola
pikir masyarakat dapat berjalan berdasarkan tujuan yang diharapkan.
Masalah sosial yang
terjadi disebabkan salah satunya karena kesalahan berfikir yang kurang berkembang dimasyarakat sehingga mempengaruhi
pola kehidupany. Salah satunya ialah pada aspek ekonomi. Faktor ekonomi memang
membawa pengaruh yang kuat dalam kehidupan manusianya. Apabila cara berfikir
masyarakatnya yang cenderung statis dan tidak ingin berkembang maka dapat
dipastikan tidak akan tercipta suatu inovasi yang dapat merubah kehidupan
mereka menjadi layak dan berkecukupan, dan pada dasarnya manusia adalah mahluk
individu dengan karakternya masing-masing yang mempunyai kebutuhan
masing-masing serta tidak pernah merasa
puas terhadap hasil yang diperolehnya saat ini. Dan disinilah diperlukannya
suatu rekayasa sosial untuk memecahkan masalah tersebut. Disamping itu
diperlukan agen-agen yang mampu memberikan solusi dalam pemecahan masalah
sosial yang berperan sebagai pembaharu dan bergerak dalam upaya rekayasa sosial
yang bersifat positif. Seperti halnya pada masyarakat d idesa Pucung Lor yang
memiliki berbagai macam permasalah sosial salah satunya ialah cara berpikir
masyaraktnya.
Cilacap merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah dengan
luas wilayahnya sekitar 6,6% dari total wilayah Jawa Tengah, Kabupaten ini
berbatasan lansung dengan Kabupaten Brebes
dan Kabupaten Banyumas di utara, Kabupaten Banyumas
dan Kabupaten Kebumen di sebelah timur, Samudra
Hindia di selatan, serta Kabupaten
Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran (Jawa Barat)
di sebelah Barat. Bagian utara adalah daerah perbukitan, sedangkan bagian
selatan merupakan dataran rendah. Kawasan hutan menutupi lahan
Kabupaten Cilacap bagian utara, timur, dan selatan. Di sebelah selatan terdapat
Nusa
Kambangan, yang memiliki Cagar Alam
Nusakambangan. Bagian barat daya terdapat sebuah inlet yang
dikenal dengan Segara Anakan. Ibukota
kabupaten Cilacap berada di tepi pantai Samudra
Hindia, dan wilayahnya juga meliputi bagian timur Pulau Nusa
Kambangan. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Cilacap.
Subsektor nelayan digeluti sebagian besar penduduk yang tinggal di pesisir
pantai selatan. Cilacap terdiri dari 24 Kecamatan yang di bagi lagi menjadi
wilayah desa dan kelurahan yang memiliki potensinya yang begitu besar masih
belum banyak tersentuh seperti yang terdapat di desa Pucung Lor.
Desa Pucung Lor merupakan sebuah desa yang
terletak di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap,Jawa Tengah. Desa Pucung Lor yang
berada pada bagian timur Cilacap ini berjarak sekitar 35 KM dari pusat kota
Cilacap. Cilacap terkenal dengan wilayah pesisir dengan suhu yang panas dan
memiliki berbagai macam jenis tanaman. Jenis tanaman tersebut salah satunya
ialah jambu mete. Jambu mete merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada suhu yang
panas seperti yang terdapat di Desa Pucung Lor. Jambu mete yang terdapat di
Desa Pucung Lor tumbuh secara liar namun subur di pekarangan penduduk sekitar.
Buah yang dihasilkan juga lumayan banyak. Namun banyaknya pohon jambu mete dan
buah yang dihasilkan pohonnya tersebut tidak dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar secara optimal. Jambu mete hanya dibiarkan saja sampai membusuk di
pekarangan tersebut tanpa ada yang mengolahnya menjadi bahan makanan yang dapat
menghasilkan barang ekonomis yang tinggi. Rasa sepat, asam dan getir yang
dihasilkan dari jambu mete tersebut yang menjadi alasan masyarakat desa Pucung
Lor tidak mengkonsumsinya karena dapat mengganggu pada bagian tenggorokan.
Selama ini pemanfaatan
jambu mete masih terbatas pada bijinya yang diolah menjadi kacang mete, dan
pengolahan biji mete tersebut hanya untuk dikonsumsi oleh masyarakat sekitar
saja, dan tidak diproduksi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan buah mete selama
ini kurang dimanfaatkan. Melihat tren masyarakat sekarang yang memilih makanan
yang sehat dan praktis serta melihat market share abon di pasar maka akan sangat
prospektif apabila buah mete dapat dimanfaatkan lebih lanjut, yaitu diolah
menjadi abon atau sirup. Abon merupakan jenis makanan kering pelengkap yang
biasanya digunakan sebagai lauk. Selama ini masyarakat banyak mengenal abon
dengan bahan baku daging. Abon dengan bahan baku buah, khususnya buah mete yang
masih jarang di pasaran menjadikan produk abon mete akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Selain itu abon mete dapat menjadi salah satu
alternatif bagi para vegetarian.
Selain karena rasa buah
jambu mete yang sepat, asam dan getir, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
mengapa jambu mete tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di desa
Pucung Lor. Salah satu faktor tersebut adalah cara berfikir masyaraktnya. Cara
berfikir masyarakat desa Pucung Lor kurang berkembang secara cepat dan
cenderung statis serta kurangnya keterampilan dalam diri mereka untuk
menciptakan peluang usaha yang dapat menjadikan kehidupan masyarakatnya menjadi
lebih baik lagi, kemudian karena kurangnya ilmu pengetahuan dan kurangnya
kesadaran dalam diri mereka sehingga tidak ada inovasi yang tercipta dalam membuka
peluang usaha untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada dilingkungan
mereka.
Mereka cenderung
bersikap acuh akan potensi yang dapat dihasilkan oleh buah jambu mete. Sikap
keacuahan masyarakat desa Pucung Lor juga didasarkan pada pola pikir mereka
yang hanya bertumpu pada sektor pertanian dalam mengolah sawah mereka sebagai ladang
padi dan palawija yang memiliki nilai konsumtif yang lebih tinggi. Sehingga
mereka tidak perlu lagi mengolah sumber daya alam lainnya yang dapat menambah
penghasilan perekonomian rumah tangganya. Luas wilayah lahan persawahan yang
terdapat di desa Pucung Lor memang cukup luas namun hanya beberapa dari mereka
yang memiliki persawahan tersebut secara pribadi, masyarakat lain yang tidak
memiliki lahan persawahan hanya bekerja sebagai buruh tani yang berpenghasilan
saat musim panen padi tiba. Jika sedang tidak musim panen mereka hanya
menganggur dan mencari penghasilan seadanya. Bagi kaum lelaki bekerja sebagai
buruh kasar seperti menjadi tukang bangunan atau buruh angkut barang di daerah
kecamatan yang memiliki pasar tradisional cukup besar, atau pergi merantau ke
luar kota bahkan ada yang sampai ke luar negeri karena minimnya lapangan
pekerjaan yang ada didesa Pucung Lor.
Sedangkan bagi kaum
perempuan hanya tinggal di rumah tanpa memiliki pekerjaan yang pasti. Mereka
hanya mengurus rumah tangganya saja tanpa menghasilkan sesuatu karena mereka
tidak memiliki keterampilan. Atau hanya berkumpul dengan ibu-ibu lainnya untuk
saling bertukar cerita mengenai urusan rumah tangga atau bahkan bergosip
menggunjing tetangga lain. Namun bagi mereka yang mempunyai keberanian dan
mempunyai tekat yang kuat sampai berangkat ke luar kota untuk mencari pekerjaan
seperti bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) atau bekerja sebagai buruh
pabrik dan penjaga toko. Bahkan dari mereka ada yang sampai ke luar negeri karena
pendapatan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin
beragam.
Dari
permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat di desa Pucung Lor tersebut
dapat diminimalisasikan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan
menghasilkan manfaat serta keuntungan bagi kehidupan masyarkatnya. Kegiatan
tersebut dapat berupa mengolah sumber daya alam yang terdapat didesa Pucung Lor
secara optimal. Salah satunya ialah mengolah jambu mete untuk dijadikan makanan
yang menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi seperti dijadikan sebagai abon atau
sirup jambu mete. Kegiatan tersebut dapat dimulai dengan melakukan sosialisasi
kepada warga masyarakat secara suka rela dengan tidak adanya unsur pemaksaan tentang
pemanfaatan jambu mete untuk dibuat abon dan sirup. Kemudian setelah melakukan
sosialisasi kegiatan selanjutnya ialah mengadakan pelatihan-pelatihan tentang
cara mengolah jambu mete menjadi abon dan sirup.
Pertama menyediakan
media atau alat yang di perlukan untuk mengolah jambu mete dijadiakan abon atau
sirup seperti baskom, wajan, blender, kompor, pisau, saringan, botol dan
kemasan plastik. Serta menyiapkan bahan-bahan seperti buah semu jambu mete, larutan
garam dapur, gula pasir, asam sitrat, untuk bahan pembuatan sirup jambu mete,
sedangkan bahan untuk membuat abon seperti ampas pengepresan buah semu jambu
mete, daging ayam atua sapi, bawang goreng, bumbu (bawang putih, merica)
secukupnya, santan kental dan minyak goreng. Setelah bahan dan alat yang
digunakan dalam proses pembuatan abon dan sirup jambu mete telah siap maka
selanjutnya dilakukan demo masak dalam membuat abon dan sirup jambu mete di
sertai dengan pelatihan kepada masyaraktnya.
Dengan kegiatan
pelatihan bertujuan
untuk memberikan keterampilan teknik pembuatan abon dan sirup jambu mete kepada
para masyarakat, sehingga diharapkan nantinya setelah selesai pelatihan ini,
para peserta pelatihan akan dapat melakukan usaha pembuatan abon dan sirup jambu
mete dan mampu memproduksi abon dan sirup secara berkelanjutan.
Selain dapat memberikan keterampilan pada masyarakatnya, diharapkan pula melalui
kegiatan tersebut dapat memberikan suatu perubahan dalam kehidupan masyarakat
dalam aspek sosial maupun aspek ekonominya.
Dalam aspek sosial diharapkan
melalui kegiatan ini dapat menciptakan suatu suasana baru dalam masyarakat.
Seperti menubuhkan kerjasama yang baik dalam mengolah jambu mete sehingga terjalin
sebuah keakraban dan menjadikan hubungan yang lebih intim dalam melakukan
interaksi antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Serta tercipta suatu
keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Menjadikan hubungan yang lebih intim
dalam keluarga karena intensitas bertemu dalam keluarga menjadi sering
dilakukan. Karena masing-masing anggota keluaga tidak bekerja di luar kota atau
luar negeri. Menciptakan kegiatan yang positif bagi para masyarakat sehingga
waktu luang yang mereka punya tidak sia-sia untuk hal-hal yang kurang
bermanfaat seperti bergosip.
Sedangkan dari aspek
ekonomi, kegiatan pelatian tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu
perubahan perekonomian dalam masyarakt menjadi lebih baik lagi. Diharapkan abon
dan sirup jambu mete ini dapat menjadi produk unggulan dan produk khas Desa
Pucung Lor sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Serta terjalin
kerjasama antara Pemerintah Desa untuk memfasilitasi dan bekerjasama dengan
segenap pihak untuk menyukseskan program pengolahan abon dan sirup ini. Membuka
lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar untuk membangun kewirausahan baru di desa
sehingga masyarakat tidak perlu lagi menggantungkan pendapatan perekonomian
pada sektor pertanian padi saja atau dengan pergi ke luar kota bakhan sampai ke
luar negeri untuk bekerja mencari nafkah untuk keperluan hidupnya.
Selain dengan
memberikan keterampilan tersebut masyarakat juga diberikan penyuluhan-penyuluhan
kemandirian yang menjaga pelestarian lingkungan. Penyuluhan tersebut dapat di
mulai dengan menyusun suatu perencaan dan program budi daya jambu mete.
Kemudian masyarakat dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang tata cara budi
daya pohon jambu mete agar buah yang dihasilkan berkhualitas baik. Hadirnya
abon dan sirup jambu mete bisa menjadi peluang usaha baru yang cukup
menjanjikan bagi masyarakat sekitar karena masih jarang orang yang memproduksinya.
Mampu mengubah pola pikir masyarakat sehingga menciptakan suatu dorongan
inovasi-inovasi baru dalam mengolah sumber daya alam yang ada di lingkungan
masyarakat yang dapat berpontensi dalam menunjang kehidupan yang lebih baik
pada masyarakatnya. Menambah wawasan masyarakat serta menambah ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam pengolahan sumber daya alam yang ada secara baik, arif dan
bijaksana.
Daftar
Pustaka
·
Abdulsyani, 2002, Sosiologi Skematika Teori dan
Terapan, Jakarta, Bumi Aksara
·
Narwoko, J Dwi, Bagong Suyatno, 2004, Sosiologi
Teks dan Terapan, Jakarta, Kencana
·
Soekanto, Soerdjono, 2006, Sosiologi
Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada
·
Ihromi. To, 1996, Pokok-pokok Antopologi Budaya,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
·
Pendidikan Lingkungan Hidup,
2010, Universitas Negeri Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar