Senin, 25 November 2013

Ritual Kungkum Malam Satu Syuro di Tugu Soeharto, Semarang


Mustahil jika manusia hidup tanpa mitos. Manusia hidup dengan mitos-mitos yang membatasi segala tingkah laku manusianya. Ketakutan atau keberanian manusia terhadap sesuatunya, ditentukan oleh mitos-mitos yang berlaku dalam masyarakatnya. Banyak hal yang sukar untuk dipercayai dalam mitos, tetapi ternyata mitos dapat berlaku hanya karena penganutnya begitu mempercayai suatu mitos, dan ketakutan akan sesuatu yang lebih itu hanya disebabkan oleh mitos, bukan ketakutan akan keadaan yang sebenarnya.

Oleh Karena itu, segala “peraturan” dalam kehidupan kita biasanya diterangkan dengan suatu alasan mitos. Dengan ketakutan mitos yang ada padanya, “peraturan” itu diharapkan akan dapat begitu mencekam kehidupan kita, sehingga manusia takut jika melanggarnya. Kehadiran suatu mitos merupakan suatu kemestian terutama pada hal-hal yang bersifat abstrak, sesuatu yang tak jelas tentang baik dan buruknnya. Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan bukan muslim santri yaitu yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati. Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada pembentukan antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural da penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius yang membentuk sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata dengan mitos-mitos dengan Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan kehidupan.
Mitos yang berkembang dimasyarakat Semarang tentang sebuah tugu yang dikeramatkan yaitu tugu soeharto. Tugu Soeharto terletak di Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota    Semarang. Di tempat ini ditandai dengan monumen setinggi sekitar 8 meter ini merupakan pertemuan antara Kaligarang dan Kali Kreo.  Nama Tugu Suharto konon bermula saat Presiden RI ke-dua Soeharto yang kala itu berpangkat mayor bertugas di Semarang dalam perang melawan Belanda. Saat itu beliau lari ke arah selatan kota yang saat itu masih berupa hutan, beliau melompat ke sungai yang merupakan pertemuan dua arus sungai, dan kemudian menancapkan tongkat dan berendam di sana. Di titik inilah kemudian dibangun monumen yang bernama TUGU Suharto dan masyarakat yang ikut percaya pada aliran kejawen Soeharto ikut melanjutkan tradisi berendam atau kungkum tersebut.  Cerita yang berkembang dimasyarakat sekitar, pada jaman dulu Soeharto berperang dengan Belanda, kemudian Soeharto bersembunyi di pinggir Kali Garang, dan akhirnya beliau selamat. Sebagai ucapan terimakasih, Soeharto kemudian membangun tugu yang diberi nama Tugu Soeharto.
Namun menurut salah satu polisi yang bertugas pada saat malam satu suro tersebut menuturkan bahwa ada mitos lain yang menyatakan bahwa ada seseorang bernama  Romo Rusdiat yang bertempat tinggal di samping Pon bensin Sampangan, Romo Rusdiat adalah guru seperitualnya  Soeharto dulu pada saat masih bertempat tinggal di Semarang. Namun karena di bangunya pom bensin tersebut maka rumah romo Rusdiat digeser kearah barat bersebelahan dengan pom bensin sampangan,  menuturkan bahwa monument ini  dibangun karena untuk mengingat napak tilas Soeharto sebelum menjabat sebagai presiden, dulunya Soeharto semasa belum menjadi presiden sering berendam di sungai tersebut dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang di inginkan oleh pak Soeharto seperti memperlancar rizkinya, dimudahkan jalan hidupnya, di pajangkan umurnya dan serta meperoleh pahala.
Serta pada saat Soeharto meakukan ritual kungkum tersebut ada semacam benda berbentuk gong atau kentongan, namun fungsi dari benda semacam kentongan atau gong tersebut tidak dijelaskan secara pasti untuk apa fungsinya, ada narasumber yang menyebutkan bahwa benda tersebut merupakan kenang-kenangan yang diberikan oleh pak Soeharto kepada Romo Rusdiat yang sudah berperan dalam membimbingnya sebagia guru supranaturalnya, namun ada juga yang menyebutkan bahwa  benda tersebut mempunyai peran yang penting pada saat prosesi  Soeharto melakukan ritual kungkum tersebut. Mmonumen tugu tersebut hanya dijadikan peringatan yang tidak memiliki fungsi tepat guna namun tugu tersebut hanya dijadikan sebuah saranan untuk mengingat masayarakat akan kejadian tentang tapak tilas Soeharto pada saat tinggal di Semarang. Sarana yang dimanfaatkan justru di sungai pinggiran tugu yang dijadikan sebagai tempat ritual kungkum.
Kemudian mitos ini berkembang hingga saat ini.  Pada pergantian tahun baru Jawa, 1 Sura, orang-orang melakukan ritual kungkum atau ngalap berkah, mereka percaya, dengan ritual kungkum di malam 1 Sura ini senantiasa akan mendapatkan berkah dan keselamatan ke depannya serta akan dikabulkan keinginannya. Kepercayaan ini dinilai sebagai nilai spiritual yang terdapat di Tugu Suharto, meski sekarang banyak pula yang hanya ikut-ikutan melakukan prosesi ritual kungkum tanpa mengerti manfaat yang sesungguhnya, masyarakat sekitar juga tidak begitu faham asal mula Tugu Soeharto serta mitos di dalamnya.  Mereka hanya  mengikuti tradisi kungkum karena menurutnya itu sudah menjadi tradisi sejak dulu dan hanya mengikuti dan meneruskan tradisi saja tanpa mengerti apa sebenarnya manfaat dari kungkum yang sebenarnya. Mereka hanya mendengar cerita-cerita dan petuah-petuah dari para pendahulunya yang dijadikan penghubung antara generasi yang telah meninggal dengan generasi yang masih hidup dalam suatu masyarakat. Dalam masyarakat tanpa adanya tulisan yang jelas, namun tradisi dapat disimpan dalam memori dan penyampaian yang berulang-ulang. Mereka hanya bercerita secara lisan tanpa memberikan data atau bukti tertulis tentang berdirinya Tugu Soeharto ini.

Cerita yang disampaikan menurut masyarakat sekitar juga diperoleh secara turun-temurun dari pendahulu-pendahulu mereka sebelumnya. hanya karena menurut cerita dari asal keberuntungan Soeharto yang selamat dari kejaran Belanda yang kemudian melakukan kungkum di sekitar sungai dan kemudian beliau menancapkan tongkat. Secara garis besar hanya seperti itu alasan mengapa Tugu soeharto dipercayai sebagai tempat keramat. Mereka yang datang kemari tak hanya warga Semarang saja, tetapi juga warga luar kota. Tugu Soeharto kini menjadi tujuan utama masyarakat Semarang ketika memasuki bulan sura.

Warga masyarakat banyak yang berendam di tugu Soeharto saat malam satu Suro atau pergantian tahun jawa. Ratusan pasang mata tak lepas memandang Sungai Banjir kanal Barat di Tugu Suharto Kelurahan Bendan Duwur Kecamatan Gajahmungkur. Sungai itu terbentuk dari dua aliran sungai berbeda, yakni Kali Garang dan Kali Kreo. Masyarakat mempercayai efek dari pertemuan dari dua arus sungai yang berlainan pada tubuh membuat semacam pusaran. Konon, menurut kepercayaan masayarakat sekitar pusaran searah jarum jam untuk keinginan duniawi dan pusaran yang berlawanan dengan jarum jam melepaskan kemelekatan dari duniawi. Kungkum pada pertemuan dua arus sungai yang berbeda arah akan menimbulkan dampak lahirnya frekuensi baru yang menghantar gelombang otak kita ke tingkat hening, bening dan memberikan ketenangan.
Banyak warga yang berendam di sungai tersebut mulai dari orang tua, remaja hingga anak-anak. Hal yang pertama dilakukan mereka adalah melepaskan pakain mereka dan hanya menyisakan celana pendek. Kedua tangannya menengadahkan ke atas dan mulutnya komat-kamit mengucap doa lalu berendam. Sebungkus kembang dibuka untuk dilarung mengikuti arus sungai yang mengalir. Sebagian kembang tampak dimakan. Sebagian lagi kemudian disiramkan beserta air sungai ke kepala. Proses berendam di lakuakan mulai dari mahrib hingga menjelang subuh. Namun waktu yang efektif bagi mereka untuk melakukan ritual tersebut adalah saat jam 00.00 sampai 03.00.
Mereka percaya dengan melakukan ritual kungkum tersebut untuk meminta umur panjang, kelancaran rejeki, dan kesehatan serta mensucikan diri serta bagi mereka yang belum memiliki jodoh maka akan mendapatkan jodoh, serta bagi anak-anak akan memperoleh pahala. Sementara itu, sekelompok pengunjung lainnya memanjatkan doa berbahasa Arab dan Jawa seperti terdengar sholawat nabi untuk menyambut tahun baru islam. Sebelumnya belasan orang itu telah membakar garu  atau dupa yang biasanya untuk digunakan sembah yang di Kelenteng. Hal itu untuk memberi makanan pada leluhur yang dianggap sebagai penunggu tersebut Tujuannya, lanjutnya, untuk kepentingan personal menyangkut kehidupan dunia agar berjalan baik. Sebagian dari mereka yang juga mempercayai jika mereka  mempunyai penyakit kulit dan kemudian mandi atau kungkum di sungai tersebut akan sembuh dari penyakit kulit yang dideritanya.
Sekarang warga masyarakat juga tidak perlu khawatir lagi saat melakukan ritual kungkum di sungai tersebut karena tim SAR Semarang telah menerjunkan personil dengan disertai perlengkapan alat untuk di medan air, seperti perahu rafting, life jacket, ring boy,senter super beserta lainya. Lebih lanjut diharapkan dengan adanya para personil Basarnas ini paling tidak bisa memberi rasa aman bagi warga yang sedang melakukan ritual di sungai. Serta adanya kerja sama dengan jajaran polsek Gajah mungkur yang ikut bekerjasama dalam mengamankan acara tersebut.
Warga yang penasaran mendatangi lokasi dan membuat gaduh. Ada yang menanyanyi dengan alat musik di pinggir kali. Ada yang mengobrol. Sebagian besar memadati jembatan Tugu Suharto di atas sungai dan sebagian lain berada di pinggir sungai melihat lebih dekat para warga yang kungkum. Saat ini ritual kungkum mulai menjadi tujuan bagi warga untuk berjalan-jalan.
Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh para Puluhan pedagang karena banyaknya warga yang datang. Serta Dengan di bangunnya jembatan permanen serta di perbaikannaya pinggirin sungai untuk memberikan kenyaman bagi pra warga yang ingin berkunjung ke acara tersebut juga menambah banyaknya pengunjung yang datang keacara tersebut untuk melihat ritual kungkum yang dilakukan saat malam satu suro. Banyak para pedagang yang menawarkan barang daganganya seperi pakaian, dompet, jam, kaca mata, dan mainan anak-anak seperti otok-otok, mobil-mobilan, dan mainan berbahan plastic lainnya,  serta menjual berbagai makanan kecil seperti jagung bakar, nasi kucing, gorengan, dan dan makanan kecil lainya serta minuman hangat salah satunya kopi. Selain itu warga masyarakat sekitar untuk menyediakan jasa air bersih untuk warga mandi dan mencuci kaki setelah melakukan kungkum, karena memang jalan disana becek karena banyaknya warga yang berdatangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar